HERMENITIKA
MENINGKATKAN PROFESIONALISME DIRI UNTUK MENGGAPAI WADAH DAN ISI
REFLEKSI
KULIAH : FILSAFAT
ILMU
DOSEN : BP.
PROF. DR MARSIGIT, M.A.
HARI / TGL : SELASA /27 NOPEMBER 2012
Kita di dalam masyarakat memiliki peran dan
status tertentu. Peran, status, tugas,
kedudukan dan tanggungjawab yang melekat dalam diri kita merupakan wadah
kita. Wadah kita dapat sebagai guru,
sebagai suami atau istri, sebagai mahasiswa, sebagai pengurus organisasi,
sebagai anak, sebagai orang tua, dan lain-lain.
Dalam kehidupan ini kita memiliki beberapa wadah sekaligus. Wadah kita atau peran dan status kita tidak
terlepas dari isi atau substansi dari status kita tersebut.
Wadah kita selalu hadir ketika kita
mewujudkan isi kita. Isi harus kita
kembangkan untuk membuktikan wadah kita.
Setiap saat diri kita selalu dipertanyakan substansinya. Substansi ini harus bersifat akuntabel (dapat
dipercaya). Isi atau substansi merupakan
perwujudan dari rasa syukur kita akan
wadah kita yang memotivasi kita untuk berprestasi, untuk menjadi yang terbaik,
untuk menghasilkan yang terbaik. Isi
harus kita wujudkan dalam bentuk tindakan dan karya nyata, sebuah prestasi
terbaik dalam peran dan status kita.
Sikap dan perbuatan kita harus mencerminkan bahwa kita ingin
berprestasi.
Jika substansi terlalu banyak tetapi wadahnya
terlalu kecil maka kita bicara di sembarang tempat. Misalnya: sebagai guru kita protes pendidikan
dan membicarakan persoalan pendidikan dengan tukang becak. Jika ada wadahnya tetapi kurang substansi maka
wadah kita akan dipertanyakan. Misalnya:
memiliki wadah sebagai professor tetapi selama tiga tahun tidak berkarya, maka
akan status sebagai professor akan dipertanyakan apakah benar-benar professor.
Semua yang ada dan yang mungkin ada memiliki
wadah dan isi. Dalam pembelajaran dan
berfilsafat analitik dapat dipandang sebagai wadah dan sintetik dapat dipandang
sebagai isi. Intuisi dan pengalaman kita
peroleh melalui sensori motor dan melalui interaksi. Pengalaman bersifat naik, setelah terbentuk
intuisi maka di dalam berpikir kita terbentuk doktrin atau kategori atau
prinsip. Immanuel Kant membagi dalam 4 kategori yang
masing-masing terbagi 3. Maka melakukan
interaksi sangat penting. Interaksi akan
mengembangkan intuisi. Separoh lebih
dunia kita adalah intuisi. Melalui
kegiatan dan interaksi kita akan menemukan intuisi.
Dalam kehidupan sehari-hari, antara wadah dan
isi selalu dipertanyakan selalu diuji-uji. .
Kita selalu dimintai pertanggunggungjawaban akan wadah dan isi kita. Peran dan status kita menuntut kita untuk
mengembangkan isi kita. Wadah selalu hadir
ketika kita mewujudkan isi sehingga tak ada batas antara wadah dan isi. Ada tidaknya wadah kita tergantung bagaimana
kita mengisi wadah kita sehingga kita juga dituntut untuk selalu mencari
pengalaman dan mengembangkan diri.
Pengembangan diri memiliki dua sisi yaitu wadah
dan substansi. Sehubungan dengan
pengembangan diri maka kemandirian kita penting sekali. Kemampuan dan kemandirian kita selalu
diuji. Bekerja merupakan salah satu
sarana untuk mengembangkan kemandirian, meraih dunia dan meraih intuisi. Dalam kehidupan sehari-hari contohnya dalam
kehidupan berumah tangga. Istri sebaiknya
bekerja. Kita tidak cukup hidup dengan
dicukupi dengan uang karena sampai meninggal kita pun selalu diuji, substansi
atau isi dan wadah kita selalu dipertanyakan.
Banyak istri yang terpuruk setelah suami meninggal mendadak meskipun
akhirnya dapat bertahan karena pola kehidupan bangsa kita masih sangat kental
kekeluargaan/kekerabatannya dan kegotongroyongannya.
Salah satu problem pengembangan diri
merupakan problem dari membaca. Maka
penting sekali untuk membaca, membaca dan membaca. Orang yang banyak membaca akan membangun intuisi dalam pikirannya
dan berpikir kritis dan lebih mudah menghasilkan karya dan prestasi.
Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk
mengembangkan diri. Jika kita memiliki
kesempatan mengembangkan diri dan kita tidak memanfaatkan kesempatan tersebut
maka kita sangat merugi. Dalam kehidupan kita tidak hanya mengejar wadah tetapi tidak
mau mengisinya atau hanya mengejar isi tetapi tidak mengenal wadahnya. Kualitas isi kita ditentukan oleh seberapa
besar usaha kita untuk terus menerus belajar dan mengembangkan diri, untuk
terus menerus meningkatkan dimensi kita.
Dan sebaik-baik diri kita jika kita bermanfaat bagi banyak orang, bagi
kemaslahatan umat. Jika kita memiliki jabatan atau pekerjaan tertentu atau
mengemban amanah tertentu maka kita harus menjalankan pekerjaan dan amanah kita
dengan sebaik-baiknya. Dalam kehidupan kita
senantiasa dimintai pertanggungjawaban akan wadah dan isi kita dan kelak di
akherat kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
Semoga
kita dapat mewujudkan wadah dan isi kita sesuai dengan tuntunan Allah dan dapat
mempertanggungjawabkannya sebagai wadah dan isi terbaik, baik di dunia maupun
di akherat. Amin.
Pertanyaan: Apa yang dimaksud Berpikir kritis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar