BELAJAR ADALAH
MEMBANGUN HIDUP
REFLEKSI
KULIAH : FILSAFAT
ILMU
DOSEN : BP.
PROF. DR MARSIGIT, M.A.
HARI / TGL : SELASA /11 DESEMBER 2012
Hakekat
siswa adalah makhluk yang bersifat hidup, oleh sebab itu siswa adalah subyek
belajar yang berusaha untuk membangun hidupnya.
Proses pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru harus diubah
menjadi proses pembelajaran yang inovatif .
Gonjang-ganjing
Kurikulum 2013 yang akan digulirkan hendaknya menekankan paradigma pembelajaran
inovatif berupa pembelajaran
konstruktivisme (Constructive Teaching
and Learning / CTL) karena secara filosofis sebenar-benar tujuan pendidikan
adalah mengembangkan Ketrampilan Hidup (Life Skill)
Pembelajaran
konstruktivisme (Constructive Teaching and Learning) membelajarkan siswa untuk
membangun hidupnya (mengembangkan Life Skill) karena menekankan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pembelajaran bersifat interaktif dan
berpusat pada siswa
b. Siswa
aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan berperan sebagai pembangun
pengetahuan dan
pemahaman mereka sendiri.
c. Menggunakan pendekatan ketrampilan proses
d. Peran guru memfasilitasi proses
pembelajaran di mana siswa didorong untuk bertanggung jawab, berpikir kritis
dan mandiri
e. Guru memberikan pengalaman kepada siswa
yang memungkinkan mereka untuk berhipotesis, memprediksi, memanipulasi objek,
mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, melakukan investigasi,
membayangkan, dan menciptakan
f. Guru diberi kebebasan dan keleluasan
membuat keputusan untuk meningkatkan dan memperkaya perkembangan siswa
Proses membangun
pengetahuan sendiri oleh siswa dalam Pembelajaran konstruktivisme (Constructive
Teaching and Learning) dapat digambarkan oleh Bapak Marsigit (gambar di bawah)
seperti pertumbuhan biji menjadi
kecambah sampai menghasilkan buah.
Seperti pertumbuhan dan perkembangan biji, maka siswa bersifat aktif,
membuka diri dan pikirannya, secara
bertahap memproses dan membangun sendiri
pemahaman dan pengetahuannya dan
akhirnya siswa memperoleh pengetahuan (digambarkan sebagai buah-buah yang
dihasilkan). Proses memperoleh pengetahuan ini seperti proses biji
tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang menghasilkan buah. Demikian halnya dengan siswa, siswa membangun
sendiri pemahamannya, pengetahuannya, dan ketrampilannya dan akhirnya siswa
terbiasa untuk memahami segala persoalan kehidupan dan mampu memecahkannya
dalam rangka membangun hidupnya.
Guru
sebagai fasilitator harus merancang kegiatan konstruktivis
dalam proses pembelajaran . Hal-hal yang
harus dilakukan adalah:
a. menentukan tujuan pendidikan
b. merancang kegiatan yang berarti yang
akan membantu siswa untuk mencapai tujuan dan untuk mengeksplorasi dan
membangun pengetahuan berdasarkan apa yang mereka baca dan apa yang telah
mereka bawa ke aktivitas pembelajaran
c. mengembangkan metode yang bersifat
kontekstual, fleksibel, dinamis dan kreatif
d. menguji kembali mekanisme pembelajaran
yang berbasis konstruktivis
Pembelajaran konstruktivisme menuntut penilaian yang
sifatnya menyeluruh dan semata-mata hasil tetapi juga proses sehingga penilaian
yang mendasarkan pada UN kurang tepat dilakukan. Penilaian hendaknya berupa portofolio dan Alternatife
Assesment.
Semoga
Kurikulum 2013 dan Sistem Pendidikan Nasional kita mampu membelajarkan siswa untuk
memperoleh Ketrampilan Hidup (Life Skill) dan membangun hidupnya. Amin.
Referensi:
Muhadjir,
Noeng. 2001. Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: Rakesarasin.
Pannen,
Paulina, dkk. 2001. Konstruktivisme dalam
Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Suparno,
Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme
dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
http://powermathematics.blogspot.com/2012/11/traditional-innovative-teaching-oleh.htmlhttp://www.discover.tased.edu.au/sose/essay.htm
Pertanyaan:
1. Apakah lingkaran
setan dapat kita anggap sebagai infinite regress?
2. Selama hayat masih
dikandung badan, dapatkah kita menyebut proses belajar sebagai infinite
regress?